Rabu, 27 Agustus 2008

the pluto's

Pernah nggak sih (tapi ay yakin semuanya juga pernah sih), ngerasain sendirian di tengah crowded-nya suasana? Nggak enak banget, kan? Ato ada yang belum pernah ngerasain? Well, oke, ay akan definisikan bagaimana rasanya…

Itu seperti… menyayangi kucing garong, yang udah susah-susah kita kasih makan tapi tetep suka nyolong makanan di atas meja makan kita sendiri di saat orang-orang di rumah lagi pada bobo.

Itu seperti… tereak-tereak gila di atas sumur dengan kondisi setengah badan bungkuk ke dalemnya, yang efeknya adalah nggak akan ada yang ngedenger karena suara akan teredam dan kemungkinan nyusruk ke dalem sumur sangatlah tinggi.

Itu seperti… membelikan american-pizza pada sekumpulan orang yang baru aja makan dari warteg, yang akan tetap menghabiskan pizza yang kita bawa dan sama sekali tidak peduli pada perut mereka yang sebenarnya udah kekenyangan tapi terkalahkan oleh model lainnya yang lebih menarik. Jangan heran apabila kita sebagai carrier sekaligus savior ini tak akan pernah ditengok selagi mereka sibuk mengunyah what-a-damn-american-shit-blah-blah itu.

Yang ay bisa katakana jika Anda mendapatkan tragedi seperti tadi adalah: Jangan harap mendengarkan kata terimakasih.

Here I go…

Ay adalah orang yang selalu ingin dapat imbalan. Timbal balik. Payback. Ato apalah itu yang sifatnya adalah membalas semua hal yang sudah ay berikan.

Sialnya, ay baru nyadar itu kemaren-kemaren. Dan menyadari perasaan itu (terutama berhubungan dengan sifat jelek sendiri) ternyata dapat membuat seseorang merasa menjadi tidak enak dan merasa dunia tiba-tiba berrotasi tidak sesuai dengan porosnya. Berbalik. Ay sekarang berada di poros terbawah dari perputaran itu. Serius.

Pernah denger cerita ini nggak? The Echo’s Story (judulnya ngarang sendiri). Ay dapet dari wallpaper yang ay temuin di gambar-gambar si mala – adikuh (jijay) tersayang. Mari membaca…

A son and his father were waling on the mountains. Suddenly, his son falls hurts himself and scream, “Aaarghhh!”. To his surprise, he hears the voice repeating: “Aaarghhh!”. Curious, he yells, “Who are you?”. He receives the answer: “Who are you?”. Angered at the response, he screams, “Coward!”. He receives the answer: “Coward!”. He looks to his father and asks, “What’s going on?”

The father smiles and says, “My son, pay attention.” And then he screams to the mountain “I admire you!”. The voice answers: “I admire you!”. Again the man screams “You are the champion!”. The voice answer: “You are the champion!”. The boy is surprised but doesn’t understand. Then the father explains, “People call this ECHO, but really this is LIFE.”
Fin.

Hahh. Okay. Well. IT gives you everything you say or do, right?
Our life is simply reflection of our actions.
Then, if you want more love in the world, just create more love in your heart.
This relationship applies to everything, in all aspects of life.
Life will give you back everything you have given to it.

Then, ay bikin resultnya nehh…
Your life is not a coincidence, it’s just a reflection of you.
But, still…
Why can’t I feel like that?
Why I always think that world is never on my side?

Banyak yang berkata bahwa ay penyayang ato apalah itu yang menurut mereka adalah sifat-sifat yang, well, baik, menarik, whatever. Kebanyakan mungkin ay nggak sadar kalo sifat-sifat itu menempel pada diri ay sendiri sampai pada suatu saat ay berada pada titik nadir.

Akhirnya ay hanya bisa tertawa dan berkata pada diri sendiri: “Ay, kalo lu selalu mikir balesan dari apa yang lu kasih ke mereka, itu tandanya lu nggak ikhlas dan orang yang nggak pernah ikhlas adalah orang yang sama sekali nggak pantes buat disayangin balik. Yang ada lu dikutuk Tuhan!”

Sumpah, ay ngerasa galau gila sekarang. Banyak yang bilang kalo mereka sayang ay tapi ay sama sekali nggak ngerasain “sayang”-nya mereka ke ay. mungkin ada beda persepsi diantara kita – beberapa orang yang mengkultuskan diri menjadi apa yang orang-orang sebut sebagai “teman”.
Jadi intinya – sounds ego but it’s true – ay merasa tidak diperhatikan oleh orang-orang yang selalu ay perhatikan dan ay merasa tidak disayangi oleh orang-orang yang ay sayang serta ay merasa tidak pernah dibela oleh orang-orang yang (mungkin mereka tidak pernah tau) selalu ay bela mati-matian.

Am I too sensitive, stupid, jerk or what?
But, yaknow, they never know what its like to be distrusted…

Anda pernah ada di posisi “berprasangka-bodoh-dan-berlebihan” gini nggak sih? Last words (for every-hopeless-helplessness-people, of course)…
WHAT SHOULD AY DO??????

7 komentar:

Mas Hery mengatakan...

ih panjang bener tulisannya...
lagian pas baca judulnya pluto,kirain bakalan dapat bacaan ttg astronomi...

eh jauh ya....ini tentang sendiri dan tak dianggap...kayak lagunya pinkan...aku mentari...tapi tak menghangatkanmu.....akulah pluto...eh bulan...blablabla...

emang susah sih kalo dianggap ga tulus,padahal sebagai mahluk sosial kan wajar adanya mendapatkan apresiasi sdikit lah,paling tidak empati...

masa sih ga dpt sama skali? emang tinggal dimana? pluto?rw berapa? pak rtnya sapa?

ayya mengatakan...

sebenernya semuanya kayanya nganggap ay tulus...
masalahnya...
kayanya enga, bos! heuheu.
wajar ga sih pengen dapet balesan dari yg ud kita kasih?
haduhaduuu...
jadi butuh sebuah pembenaran dari semua kesalahan kyanya...

pluto baru mw pilkada kale ahhh...

Anonim mengatakan...

ay.
kunjungi inipia.blogspot.com

mun teu salah .
hahahha

Anonim mengatakan...

masuk angin neh

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
bewbew mengatakan...

maap